Ada keinginan dan ada kegembiraan karena terpenuhinya keinginan,
ada pula penderitaan karena tidak terpenuhinya keinginan. Sedangkan
tidak ada yang paling mengobsesi pikiran seorang lelaki, kecuali
perempuan. Oleh karena itu, bagi laki-laki ada kegembiraan dan juga ada
penderitaan akibat obsesinya terhadap perempuan.
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Q.S 3:14)
Seorang pemuda yang
sedang terbosesi oleh kecantikan seorang gadis, sulit baginya
melepaskan ingatannya dari gadis yang dikaguminya. Siang dan malam,
terkenang selalu keelokan wajahnya, serta keindahan gerak-geriknya.
Setiap kali membayangkan wajah yang elok itu, tumbuhlah rasa keindahan
itu di dalam dadanya. Bersama dengan itu, tumbuh pula kehendak dan
cita-cita untuk memiliki. Ketika ia tersadar dari khayalan yang indah,
lalu ia menyesali diri, karena keindahan itu tidak hadir di sisinya.
Disinilah penderitaan dimulai.
Seribu kata cinta dipuja,
rangakian kata-kata mutiara, terlahir dari seribu satu rasa keindahan,
si pemuda bertanya, “Mengapa aku merindukannya, mengapa aku ingin dia
selalu hadir di sisiku? Mengapa bila dia dekat denganku, rasanya
gembira sekali hatiku?” si pemuda saat ini sang gadis hadir bersamanya
di sini. Tapi keinginan ini tak dapat terpenuhi, karena malam terlalu
larut, sang gadis telah terlelap tidur di rumah ayah bundanya. Si
pemuda tersiksa oleh kerinduan. Dia bertanya, “Oh, mengapa cinta ini
begitu menyiksa hatiku? Lalu apakah hakikatnya cinta, bila itu kemudian
menyesakan dadaku?”
Cinta yang menyiksa bukanlah cinta
yang tulus murni, melainkan cinta yang penuh dengan pamrih. Cinta yang
bukan rasa kasih, melainkan rasa minta dikasihani. “Oh, kasihanilah aku,
dekatlah padaku! Penuhi keinginanku! Sebab bila tidak, tentu menderita
hidupku!”.
Manusia yang mempunyai cinta tulus murni
hanya muncul dari seseorang yang telah memiliki kebahagiaan sempurna,
sehingga ia tidak membutuhkan rasa iba atau belas kasihan dari orang
lain, dan ia mampu mencintai tanpa terikat, tanpa bergantung kepada
yang dicintai.
Kemudian pemuda yang telah tersadar dari
cinta yang tidak murni itu, hendaknya tidak ragu-ragu untuk
mengenyahkan cinta yang bersyarat dan mengikat itu dengan cara mengenai
sifat hati dan pikiran. Tiadalah yang mempertahankan cinta yang palsu
itu di dalam dirinya, kecuali pikirannya sendiri. ketika si pemuda
melihat cantiknya wajah sang gadis, dan tumbuh perasaan indah di dalam
dadanya, maka si pemuda berusaha mempertahankan rasa indah itu serta
tidak membiarkannya untuk pergi berlalu. Hal ini menentang hukum alam.
Kenapa? Karena perasaan seperti itu tidaklah dapat dipertahankan, ia
muncul pada saat objek yang indah muncul, kemudian lenyap ketika objek
yang indah itu lenyap. Orang yang bijaksana akan membiarkan segala
sesuatunya muncul dan lenyap mengikuti jalannya sendiri. itulah orang
yang ikhlas yang telah lolos dari penyesatan iblis atau yang tidak
mampu disesatkan oleh iblis.
Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,(39)kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka".(Q.S 15:39-40)
Kehendak
untuk mempertahankan keindahan yang sebenarnya tidak dapat
dipertahankan adalah muncul dari pikiran yang sesat. Dalam
pandangannya, cinta yang sebenarnya pamrih itu dianggap suci dan mulia
tanpa melihat bahwa hal itu membawanya kepada kesengsaraan. Sedangkan
orang beriman itu, ketika disentuh pikirannya oleh syaitan, maka ia
segera berdzikir, seketika itu juga dia terlepas dari ilusi serta
melihat fakta-fakta yang sebenarnya di dalam diri mereka, .
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka disentuh was-was dari syaitan, mereka berdzikir, maka ketika itu juga mereka melihat. (Q.S 7:201)
Sesungguhnya,
seorang pemuda, ketika ia tersiksa oleh kerinduan pada seorang gadis,
maka hatinya disentuh oleh syaitan. Dan apabila syaitan berhasil
menyesatkannya, maka ia membuat si pemuda tidak ikhlas keindahan yang
muncul di dalam dirinya berlalu. Akibatnya si pemuda hidup di dalam
ilusi dan tidak melihat hal yang lebih indah dari kehidupan dunia
tersebut.
Si Pemuda berkata, “Lalu bagaimanakah, aku
sungguh tidak berdaya, bayangan tentang dirinya selalu hadir di dalam
ingatanku? Maka apakah salahnya bila aku cinta dan rindu pada
kekasihku?”
Semua manusia yang berada dalam kegelapan,
tertarik pada cahaya. Para wanita tertarik pada perhiasan. Para lelaki
tertarik pada wanita. Manusia lapar menginginkan makanan. Orang
telanjang mengharapkan pakaian. Semua itu adalah hal yang alami. Jika
seorang pemuda mencintai gadis, maka itu bukanlah suatu perbuatan salah
dan dosa. Perbuatan dosa adalah apabila, ia mempertahankan cinta,
ketiak cinta itu pergi darinya atau menolak cinta, ketika cinta itu
muncul di dalam dirinya. Karena hal itu berarti si pemuda tidak
menerima terhadap qodha dan qodhar Allah.
Kemudian,
apabila si pemuda berkata, “Sesungguhnya cintaku suci nan abadi, selalu
muncul dan tak pernah pergi.” Maka itu berarti si pemuda sudah terjebak
ilusi, karena ketika ia disentuh oleh syaitan, ia tidak segera
berdzikir. Lalu terjadilah zuyina hubbu syahawah, yaitu memandang baik
apa-apa yang memenuhi hasrat syahwatnya. Sesungguhnya cinta dan rasa
suka yang muncul dalam hati seorang pemuda kepada seorang gadis adalah
bersifat muncul dan lenyap dengan cepat sekali setiap waktunya.
Selebihnya, adalah ilusi ciptaan pikirannya sendiri.
Kehendak
muncul dalam diri setiap manusia. Kehendak seorang pemuda untuk
memiliki seorang gadis adalah kehendak yang membawanya kepada
penderitaan, apabila ia tidak berhasil menjadikan kehendak itu tunduk
kepada dirinya. Apabila kehendak itu tunduk, maka ia hanya akan
mengantarkan si pemuda pada perbuatan-perbuatan yang bajik yang
membawanya kepada kebahagiaan hidup. Tapi apabila kehendak itu tidak
terkendali, maka ia akan membawa si pemuda pada perbuatan-perbuatan
salah dan meyebabkan munculnya penderitaan.
Terkadang ada
seorang pemuda yang berharap cinta itu tidak hadir di dalam dirinya,
karena ia mencintai orang yang salah, yang apabila ia berusaha
memilikinya, tentu ia akan dicela oleh orang-orang bijaksana, tetapi ia
tidak sanggup untuk menghilangkan rasa cintanya itu. apabila seorang
pemuda mencintai perempuan yang sudah bersuami, maka tentu itu bukanlah
perbuatan terpuji. Maka bagaimanakah melenyapkan cinta seperti itu?
dan apakah salah si pemuda sehingga muncul di dalam dirinya cinta yang
salah? Ia berkata, “Aku tidak meminta kepada Tuhan, agar menciptakan
cinta ini dihatiku. Tapi, mengapa Tuhan menciptakannya untukku?” tidak
ada yang menciptakan cinta itu kecuali pikirannya sendiri, tetapi dia
tidak menyadarinya. Jalan untuk menghancurkannya adalah dengan
“memformat ulang” pikirannya sendiri dengan cara mengawasi pikirannya
sendiri sejeli-jelinya bagaimana ia menciptakan dan mempertahankan
hadirnya cinta yang salah itu.
Segala sesuatu selain
Tuhan itu sendiri adalah memang ilusi. Tetapi, selama itu membawa
seseorang pada perbuatan yang bajik, maka biarkanlah ilusi itu
dipandang sebagai kenyataan. Tetapi apabila sesuatu itu sudah membawa
seseorang pada hal-hal yang jahat dan salah, maka ia harus dapat
melihat bahwa sesuatu itu sebagai ilusi belaka. Karena hanya dengan
melihatnya sebagai ilusi saja, maka ia akan dapat menundukan itu semua
dengan kekuatan batinnya.
Jika ada pemuda yang jatuh
cinta, maka biarkanlah dia mencintai dan mengharapkan cinta dari
kekasihnya. Tapi apabila cinta itu kemudian telah mendorongnya pada
hal-hal yang jahat, maka si pemuda perlu diajari untuk melihat
kehidupan ini sebagai ilusi. Setelah melihatnya demikian, maka
lenyaplah keinginannya terhadap dunia yang ternyata hanya ilusi.
Siapakah
pemuda yang tergila-gila pada cantiknya seorang gadis? Ia tidak
mengira bahwa kencantikan itu tak lain hanyalah ilusi di dalam
pikirannya. Perhatikan para aktris dan aktor yang seringkali membuat
lukisan indah pada wajahnya, sehingga tampak cantik bagaikan bidadari.
Ketahuilah itu, semacam permainan warna make up, riasan tata rambut dan
baju. Apabila lenyap itu semua, maka lenyaplah keindahannya. Ditambah
lagi, bila ia terkena penyakit yang menyedihkan, tergurat kemurungan
diwajahnya, merusak keceriannya, maka semakin reduplah kecantikannya.
Begitu rapuhnya kecantikan seorang wanita, yang membutuhkan banyak
penopangnya, tata rias busana dan ramuan warna warni. Tetapi…Amatlah
sulit memang menyadarkan pikiran pemuda yang sedang terkena ilusi,
tetapi apabila ia memang ingin terlepas dari perbuatan jahat, dari
hal-hal yang menyengsarakan, maka ia harus memiliki semangat dan
ketekunan untuk mampu melihat dunia sebagai ilusi.
Perhatikan
pula, bagaimana orang-orang kaya berbangga-bangga dengan pakaian yang
indah-indah. Mari kita tanya, pakaian apakah yang paling bagus dan
mahal bahannya? Itu adalah pakaian dari kian sutera. Tanyalah, dari apa
terbuatnya kain sutera? Itu adalah dari ludahnya ulat. Lalu, bagaimana
manusia bisa berbangga-bangga dengan ludahnya ulat? Sebenarnya apa
yang dipandang dengan pakaian indah, mahal dan paling bagus bahannya
itu hanyalah ludah ulat. Bayangkan, bagaimana orang senang hati
berbusana ludah ulat? Inilah fakta ilusi. Demikian pula halnya tentang
“ilusi kecantikan”.
Orang bodoh terpesona dengan
cantiknya seorang wanita. Orang bijaksana melihat wanita cantik tak
lebih dari melihat tulang terbungkus daging dan kulit. Tapi pemuda yang
sedang jatuh cinta, jangan pernah dikatai sebagai “pemuda bodoh”.
Karena dia tidak akan mengerti dengan kebodohannya, dengan cara apapun
penjelasannya. Tetapi, pemuda yang sedang jatuh cinta, anjurkanlah dia
untuk mengamati sendiri sifat-sifat dari cinta itu, apakah benar ia
membawanya kepada kebahagiaan ataukah membawanya kepada penderitaan?
Apakah cinta itu membawanya kepada kebajikan ataukah kepada kejahatan?
Biar pemuda ini berpikir, bertanya dan menemukan jawabannya sendiri.
#Komunitas para pemikir
0 komentar:
Posting Komentar