Subscribe:

Minggu, 04 November 2012

ILUSI CINTA

Ada keinginan dan ada kegembiraan karena terpenuhinya keinginan, ada pula penderitaan karena tidak terpenuhinya keinginan. Sedangkan tidak ada yang paling mengobsesi  pikiran seorang lelaki, kecuali perempuan. Oleh karena itu, bagi laki-laki ada kegembiraan dan juga ada penderitaan akibat obsesinya terhadap perempuan.

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Q.S 3:14)

Seorang pemuda yang sedang terbosesi oleh kecantikan seorang gadis, sulit baginya melepaskan ingatannya dari gadis yang dikaguminya. Siang dan malam, terkenang selalu keelokan wajahnya, serta keindahan gerak-geriknya. Setiap kali membayangkan wajah yang elok itu, tumbuhlah rasa keindahan itu di dalam dadanya. Bersama dengan itu, tumbuh pula kehendak dan cita-cita untuk memiliki. Ketika ia tersadar dari khayalan yang indah, lalu ia menyesali diri, karena keindahan itu tidak hadir di sisinya. Disinilah penderitaan dimulai.

Seribu kata cinta dipuja, rangakian kata-kata mutiara, terlahir dari seribu satu rasa keindahan, si pemuda bertanya, “Mengapa aku merindukannya, mengapa aku ingin dia selalu hadir di sisiku? Mengapa bila dia dekat denganku, rasanya gembira sekali hatiku?” si pemuda saat ini sang gadis hadir bersamanya di sini. Tapi keinginan ini tak dapat terpenuhi, karena malam terlalu larut, sang gadis telah terlelap tidur di rumah ayah bundanya. Si pemuda tersiksa oleh kerinduan. Dia bertanya, “Oh, mengapa cinta ini begitu menyiksa hatiku? Lalu apakah hakikatnya cinta, bila itu kemudian menyesakan dadaku?”

Cinta yang menyiksa bukanlah cinta yang tulus murni, melainkan cinta yang penuh dengan pamrih. Cinta yang bukan rasa kasih, melainkan rasa minta dikasihani. “Oh, kasihanilah aku, dekatlah padaku! Penuhi keinginanku! Sebab bila tidak, tentu menderita hidupku!”.

Manusia yang mempunyai cinta tulus murni hanya muncul dari seseorang yang telah memiliki kebahagiaan sempurna, sehingga ia tidak membutuhkan rasa iba atau belas kasihan dari orang lain, dan ia mampu mencintai tanpa terikat, tanpa bergantung kepada yang dicintai.

Kemudian pemuda yang telah tersadar dari cinta yang tidak murni itu, hendaknya tidak ragu-ragu untuk mengenyahkan cinta yang bersyarat dan mengikat itu dengan cara mengenai sifat hati dan pikiran. Tiadalah yang mempertahankan cinta yang palsu itu di dalam dirinya, kecuali pikirannya sendiri. ketika si pemuda melihat cantiknya wajah sang gadis, dan tumbuh perasaan indah di dalam dadanya, maka si pemuda berusaha mempertahankan rasa indah itu serta tidak membiarkannya untuk pergi berlalu. Hal ini menentang hukum alam. Kenapa? Karena perasaan seperti itu tidaklah dapat dipertahankan, ia muncul pada saat objek yang indah muncul, kemudian lenyap ketika objek yang indah itu lenyap. Orang yang bijaksana akan membiarkan segala sesuatunya muncul dan lenyap mengikuti jalannya sendiri. itulah orang yang ikhlas yang telah lolos dari penyesatan iblis atau yang tidak mampu disesatkan oleh iblis.

Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,(39)kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka".(Q.S 15:39-40)

Kehendak untuk mempertahankan keindahan yang sebenarnya tidak dapat dipertahankan adalah muncul dari pikiran yang sesat. Dalam pandangannya, cinta yang sebenarnya pamrih itu dianggap suci dan mulia tanpa melihat bahwa hal itu membawanya kepada kesengsaraan. Sedangkan orang beriman itu, ketika disentuh pikirannya oleh syaitan, maka ia segera berdzikir, seketika itu juga dia terlepas dari ilusi serta melihat fakta-fakta yang sebenarnya di dalam diri mereka, .

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka disentuh was-was dari syaitan, mereka berdzikir, maka ketika itu juga mereka melihat. (Q.S 7:201)

Sesungguhnya, seorang pemuda, ketika ia tersiksa oleh kerinduan pada seorang gadis, maka hatinya disentuh oleh syaitan. Dan apabila syaitan berhasil menyesatkannya, maka ia membuat si pemuda tidak ikhlas keindahan yang muncul di dalam dirinya berlalu. Akibatnya si pemuda hidup di dalam ilusi dan tidak melihat hal yang lebih indah dari kehidupan dunia tersebut.

Si Pemuda berkata, “Lalu bagaimanakah, aku sungguh tidak berdaya, bayangan tentang dirinya selalu hadir di dalam ingatanku? Maka apakah salahnya bila aku cinta dan rindu pada kekasihku?”

Semua manusia yang berada dalam kegelapan, tertarik pada cahaya. Para wanita tertarik pada perhiasan. Para lelaki tertarik pada wanita. Manusia lapar menginginkan makanan. Orang telanjang mengharapkan pakaian. Semua itu adalah hal yang alami. Jika seorang pemuda mencintai gadis, maka itu bukanlah suatu perbuatan salah dan dosa. Perbuatan dosa adalah apabila, ia mempertahankan cinta, ketiak cinta itu pergi darinya atau menolak cinta, ketika cinta itu muncul di dalam dirinya. Karena hal itu berarti si pemuda tidak menerima terhadap qodha dan qodhar Allah.

Kemudian, apabila si pemuda berkata, “Sesungguhnya cintaku suci nan abadi, selalu muncul dan tak pernah pergi.” Maka itu berarti si pemuda sudah terjebak ilusi, karena ketika ia disentuh oleh syaitan, ia tidak segera berdzikir. Lalu terjadilah zuyina hubbu syahawah, yaitu memandang baik apa-apa yang memenuhi hasrat syahwatnya. Sesungguhnya cinta dan rasa suka yang muncul dalam hati seorang pemuda kepada seorang gadis adalah bersifat muncul dan lenyap dengan cepat sekali setiap waktunya. Selebihnya, adalah ilusi ciptaan pikirannya sendiri.

Kehendak muncul dalam diri setiap manusia. Kehendak seorang pemuda untuk memiliki seorang gadis adalah kehendak yang membawanya kepada penderitaan, apabila ia tidak berhasil menjadikan kehendak itu tunduk kepada dirinya. Apabila kehendak itu tunduk, maka ia hanya akan mengantarkan si pemuda pada perbuatan-perbuatan yang bajik yang membawanya kepada kebahagiaan hidup. Tapi apabila kehendak itu tidak terkendali, maka ia akan membawa si pemuda pada perbuatan-perbuatan salah dan meyebabkan munculnya penderitaan.

Terkadang ada seorang pemuda yang berharap cinta itu tidak hadir di dalam dirinya, karena ia mencintai orang yang salah, yang apabila ia berusaha memilikinya, tentu ia akan dicela oleh orang-orang bijaksana, tetapi ia tidak sanggup untuk menghilangkan rasa cintanya itu. apabila seorang pemuda mencintai perempuan yang sudah bersuami, maka tentu itu bukanlah perbuatan terpuji. Maka bagaimanakah melenyapkan cinta seperti itu? dan apakah salah si pemuda sehingga muncul di dalam dirinya cinta yang salah? Ia berkata, “Aku tidak meminta kepada Tuhan, agar menciptakan cinta ini dihatiku. Tapi, mengapa Tuhan menciptakannya untukku?” tidak ada yang menciptakan cinta itu kecuali pikirannya sendiri, tetapi dia tidak menyadarinya. Jalan untuk menghancurkannya adalah dengan “memformat ulang” pikirannya sendiri dengan cara mengawasi pikirannya sendiri sejeli-jelinya bagaimana ia menciptakan dan mempertahankan hadirnya cinta yang salah itu. 

Segala sesuatu selain Tuhan itu sendiri adalah memang ilusi. Tetapi, selama itu membawa seseorang pada perbuatan yang bajik, maka biarkanlah ilusi itu dipandang sebagai kenyataan. Tetapi apabila sesuatu itu sudah membawa seseorang pada hal-hal yang jahat dan salah, maka ia harus dapat melihat bahwa sesuatu itu sebagai ilusi belaka. Karena hanya dengan melihatnya sebagai ilusi saja, maka ia akan dapat menundukan itu semua dengan kekuatan batinnya.

Jika ada pemuda yang jatuh cinta, maka biarkanlah dia mencintai dan mengharapkan cinta dari kekasihnya. Tapi apabila cinta itu kemudian telah mendorongnya pada hal-hal yang jahat, maka si pemuda perlu diajari untuk melihat kehidupan ini sebagai ilusi. Setelah melihatnya demikian, maka lenyaplah keinginannya terhadap dunia yang ternyata hanya ilusi.

Siapakah pemuda yang tergila-gila pada cantiknya seorang gadis? Ia tidak mengira bahwa kencantikan itu tak lain hanyalah ilusi di dalam pikirannya. Perhatikan para aktris dan aktor yang seringkali membuat lukisan indah pada wajahnya, sehingga tampak cantik bagaikan bidadari. Ketahuilah itu, semacam permainan warna make up, riasan tata rambut dan baju. Apabila lenyap itu semua, maka lenyaplah keindahannya. Ditambah lagi, bila ia terkena penyakit yang menyedihkan, tergurat kemurungan diwajahnya, merusak keceriannya, maka semakin reduplah kecantikannya. Begitu rapuhnya kecantikan seorang wanita, yang membutuhkan banyak penopangnya, tata rias busana dan ramuan warna warni. Tetapi…Amatlah sulit memang menyadarkan pikiran pemuda yang sedang terkena ilusi, tetapi apabila ia memang ingin terlepas dari perbuatan jahat, dari hal-hal yang menyengsarakan, maka ia harus memiliki semangat dan ketekunan untuk mampu melihat dunia sebagai ilusi.

Perhatikan pula, bagaimana orang-orang kaya berbangga-bangga dengan pakaian yang indah-indah. Mari kita tanya, pakaian apakah yang paling bagus dan mahal bahannya? Itu adalah pakaian dari kian sutera. Tanyalah, dari apa terbuatnya kain sutera? Itu adalah dari ludahnya ulat. Lalu, bagaimana manusia bisa berbangga-bangga dengan ludahnya ulat? Sebenarnya apa yang dipandang dengan pakaian indah, mahal dan paling bagus bahannya itu hanyalah ludah ulat. Bayangkan, bagaimana orang senang hati berbusana ludah ulat? Inilah fakta ilusi. Demikian pula halnya tentang “ilusi kecantikan”.

Orang bodoh terpesona dengan cantiknya seorang wanita. Orang bijaksana melihat wanita cantik tak lebih dari melihat tulang terbungkus daging dan kulit. Tapi pemuda yang sedang jatuh cinta, jangan pernah dikatai sebagai “pemuda bodoh”. Karena dia tidak akan mengerti dengan kebodohannya, dengan cara apapun penjelasannya. Tetapi, pemuda yang sedang jatuh cinta, anjurkanlah dia untuk mengamati sendiri sifat-sifat dari cinta itu, apakah benar ia membawanya kepada kebahagiaan ataukah membawanya kepada penderitaan? Apakah cinta itu membawanya kepada kebajikan ataukah kepada kejahatan? Biar pemuda ini berpikir, bertanya dan menemukan jawabannya sendiri.

#Komunitas para pemikir

0 komentar:

Posting Komentar